Monday, June 21, 2010

Bonek Aljazair Gelar Doa, Pendukung Portugal Lepas Bendera

Prediksi Meksiko vs Uruguay, Di antara tempat menarik di Cape Town, Afrika Selatan, yang dikunjungi banyak suporter selama berlangsungnya Piala Dunia adalah The Cape of Good Hope (Tanjung Harapan). Konon, harapan segera terwujud setelah datang ke tempat itu. Para suporter berharap tim yang didukung menang.

Meksiko vs Uruguay DATANG ke Cape Town belum lengkap jika belum menyentuh Cape Point atau The Cape of Good Hope. Itu adalah tempat dengan pemandangan yang sangat indah dan terletak di ujung Afrika. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa tempat tersebut adalah ujung dunia.

Bisa jadi karena alasan itu, para suporter dari berbagai negara yang mendukung tim kebanggaan masing-masing tak menyia-nyiakan kesempatan untuk datang ke Cape Point.

"Sejak Piala Dunia dimulai, banyak suporter yang datang untuk berekreasi dan mencari berkah agar tim mereka menang," kata Henry Soni, petugas bagian pengawasan dari Table Mountain National Park, lembaga yang mengelola kawasan wisata Cape Point.

Hingga Sabtu (19/6), di Stadion Cape Town sudah digelar tiga pertandingan. Yakni, Uruguay lawan Prancis (11/6), Italia versus Paraguay (14/6), dan Inggris lawan Aljazair (18/6). Nah, para suporter yang berlaga itulah yang menyempatkan diri datang ke Tanjung Harapan. Selain sebelum pertandingan, banyak pula suporter yang mengunjungi objek wisata itu setelah tim mereka berlaga.

Seperti Sabtu lalu, saya bersama Yuyung Abdi, fotografer Jawa Pos, bertemu dengan beberapa bonek dari Aljazair yang baru saja mendukung timnasnya berlaga melawan Inggris. Mereka meluapkan kegembiraan setelah Aljazair sukses menahan imbang The Three Lions "julukan Inggris. Dengan membawa aneka atribut negara, mereka menaiki puncak Cape Point.

"Ada saja suporter yang datang ke sini (Tanjung Harapan, Red). Hari ini, yang banyak adalah pendukung Aljazair. Seminggu lalu, rombongan suporter Prancis menggunakan dua bus. Juga ada rombongan dari Italia," tutur dia.

Dari lokasi parkir kendaraan menuju ke puncak Cape Point, pengunjung bisa berjalan kaki, naik kereta monorel, atau menumpang minibus. Jika berjalan kaki, dibutuhkan waktu sekitar satu jam. Kalau naik kereta monorel, pengunjung dikenai tarif 60 rand (sekitar Rp 75.000 dengan asumsi 1 rand = Rp 1.250) per orang.

Jika menggunakan minibus yang berkapasitas 20 orang, tarif sekali berangkat 200 rand, yang ditanggung rata seluruh penumpang. Jalan menuju puncak tersebut mirip dengan kawasan pegunungan, tapi tidak berkelok-kelok. Jalannya tak begitu terjal. Baru pada tanjakan terakhir sebelum menuju puncak, jalan lebih menanjak.

Di pos terakhir itulah kendaraan berhenti. Untuk sampai di puncak, pengunjung harus menggunakan alat transportasi yang disediakan oleh pengelola. Yakni, kereta khusus atau minibus. Kereta khusus bisa memuat 12 orang, sedangkan minibus sampai 20 orang. Jalannya cukup menanjak dengan kemiringan 30-45 derajat.

Untuk mencapai menara, pengunjung naik lagi sejauh 1 km. Kemiringan jalur tersebut lebih dari 60 derajat. Jadi, pengunjung harus sangat hati-hati agar tidak terpeleset. Nah, dari permukaan laut ke puncak Cape Point, ketinggian sekitar 300 m.

Begitu sampai di puncak Cape Point, udara dingin langsung membuat tubuh menggigil. Tangan rasanya mati semua. Sore itu, kondisi puncak juga berkabut tebal. Karena itu, pemandangan di bawah dan kejauhan kurang begitu jelas karena tertutup kabut. Padahal, bila kabut tidak turun, pengunjung bisa menyaksikan pertemuan arus antara Samudera Atlantik dan Samudera Hindia.

Di puncak tersebut terdapat bangunan menara suar setinggi 240 meter. Menurut informasi yang tertera di bangunan itu, menara tersebut dibikin pada abad XVI. Selain mercusuar, di puncak Cape Point ada rambu penunjuk arah menuju ke kota-kota besar di beberapa negara tetangga Afrika Selatan, lengkap dengan jaraknya. Misalnya, Cape Point ke Paris berjarak 9.294 km. Lalu, ke Berlin berjarak 9.575 km. Ke Jerussalem, jarak tempuhnya mencapai 7.468 km.

Pemandangan yang dilalui menuju Cape Point sangat indah. Jalannya beraspal hot mix. Menuju puncak Cape Point memang seperti terus menuju puncak gunung. Tapi, melewati jalur itu, pengunjung dibikin tidak terasa. Sebab, pertama, jalannya terasa tidak seperti menanjak.

Kedua, pemandangan di kanan kiri menuju Cape Point sangat indah. Saat berangkat, di sebelah kiri jalan ada pemandangan pantai Samudera Hindia yang indah dan menawan. Di sebelah kanan ada pegunungan bebatuan yang tak kalah indah, diterpa awan yang menggumpal.

Menurut beberapa pengunjung, mereka datang ke Cape Point untuk mencari berkah. "Teman-teman kami yang datang ke Cape Town juga pergi ke sini (Cape Point)," kata El Hadi Zerari, suporter Aljazair yang sore itu mengoordinasi satu bus (berisi sekitar 50 orang) teman-temannya.

Dia percaya doanya saat di puncak Cape Point akan terkabul. "Apa salah jika saya berdoa di sini agar tim kami bisa lolos ke babak selanjutnya?" kata pria 37 tahun yang berprofesi sebagai presenter sebuah televisi di Aljazair tersebut.

Selain bertemu suporter Aljazair, sore itu kami bertemu 20-an suporter Portugal. Mereka menuju puncak Cape Point dengan membawa serta bendera negaranya. Mereka lalu berfoto ria dengan bendera itu sebelum akhirnya bendera tersebut dilemparkan dari puncak Cape Point. "Kami percaya, keinginan kami akan terkabul jika disampaikan di sini," ujar Tony Labelo, koordinator suporter Portugal.

Apa keinginan Tony? Dia menyebut ada beberapa. Salah satunya, dia berharap Portugal bisa menjuarai Piala Dunia tahun ini. Lantas, apa maksud ritual melepas bendera Portugal itu? Tony hanya tersenyum, tak bisa menjawab detail. "Tidak ada maksud apa-apa. Kalau (bendera) ini dilepas, kami masih punya (bendera) yang lain," ungkap pria 68 tahun tersebut. (*/ari)

0 comments:

Post a Comment

 
© Copyright by Belajar Ngeblog di Wordpress dan Blogspot  |  Template by Blogspot tutorial